Rabu, 17 Desember 2025
Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar
Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar

Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar

Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar
Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar

Bukan Nafsu, Ini Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar Yang Seringkali Terjadi Pada Umuran Mereka. Halo Bapak/Ibu orang tua, pendidik, dan pembaca yang tertarik pada dunia psikologi dan perkembangan remaja! Kita sering melihat remaja di sekitar kita seolah tidak pernah berhenti makan. Mereka terlihat asyik mengunyah camilan atau menghabiskan porsi besar. Bahkan ketika mereka baru saja makan besar. Secara umum, perilaku ini sering di anggap sebagai kurangnya disiplin diri atau Bukan Nafsu makan yang besar. Namun, tahukah anda bahwa ada penjelasan ilmiah yang jauh lebih menarik. Dan juga kompleks di balik fenomena tersebut? Penelitian terbaru mengungkap bahwa penyebab remaja sering makan tanpa rasa lapar ternyata bukanlah murni masalah kemauan. Namun melainkan karena mekanisme unik yang terjadi di dalam otak mereka. Selama masa transisi menuju dewasa ini, sirkuit reward (penghargaan) di otak remaja merespons stimulus makanan. Mari kita selami lebih jauh alasan-alasan ilmiahnya.

Mengenai ulasan tentang Bukan Nafsu, ini alasan ilmiah remaja makan tanpa merasa lapar telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Otak Remaja Masih Berkembang

Hal ini dalam tahap perkembangan yang sangat aktif, dan proses ini berpengaruh besar terhadap cara mereka mengatur perilaku, termasuk pola makan. Salah satu bagian otak yang paling berperan adalah prefrontal cortex. Terlebihnya yaitu area yang mengendalikan pengambilan keputusan, perencanaan. Serta kemampuan menahan dorongan. Pada masa remaja, bagian ini belum berkembang secara sempurna. Dan baru mencapai kematangan penuh pada usia dewasa awal. Akibatnya, remaja cenderung lebih sulit menghentikan keinginan makan. Meskipun tubuh sebenarnya sudah tidak lapar. Di sisi lain, bagian otak yang mengatur emosi dan rasa senang, yaitu sistem limbik, berkembang lebih cepat. Jika di bandingkan dengan pusat kontrol diri. Ketidakseimbangan ini membuat dorongan untuk mencari kesenangan, termasuk dari makanan yang enak. Maka yang akan menjadi sangat kuat. Saat melihat, mencium, atau mencicipi makanan favorit.

Bukan Nafsu, Ini Berbagai Macam Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar

Kemudian juga masih membahas Bukan Nafsu, Ini Berbagai Macam Alasan Ilmiah Remaja Makan Tanpa Merasa Lapar. Dan fakta lainnya adalah:

Sistem Penghargaan (Reward System) Lebih Sensitif

Hal ini berada dalam kondisi yang sangat sensitif dan aktif. Sehingga berpengaruh besar terhadap perilaku makan. Sistem ini merupakan rangkaian struktur otak termasuk nucleus accumbens, ventral tegmental area, dan jalur dopamin. Terlebih yang berfungsi memberi rasa senang, puas. Dan juga termotivasi saat seseorang melakukan sesuatu yang di anggap menyenangkan atau menguntungkan. Pada masa remaja, sistem ini berkembang lebih cepat di bandingkan bagian otak yang mengatur kontrol diri. sehingga respons terhadap rasa nikmat menjadi jauh lebih kuat. Ketika remaja mengonsumsi makanan, terutama yang tinggi gula, lemak, dan garam, otak melepaskan dopamin dalam jumlah besar. Dopamin bukan sekadar “hormon bahagia”. Namun melainkan sinyal biologis yang memberi tahu otak bahwa suatu aktivitas layak di ulang. Karena sistem penghargaan remaja sangat responsif. Serta lonjakan dopamin dari makanan terasa lebih intens di bandingkan pada orang dewasa.

Akibatnya, otak mendorong remaja untuk terus makan demi mempertahankan rasa senang tersebut. Meskipun tubuh sebenarnya sudah tidak membutuhkan energi tambahan. Sensitivitas reward system ini juga membuat otak remaja lebih fokus pada kenikmatan jangka pendek daripada dampak jangka panjang. Rasa lezat di rasakan saat makan menjadi prioritas utama, sementara sinyal kenyang, kesehatan. Ataupun konsekuensi berlebihan makan belum di anggap penting oleh otak. Dalam kondisi ini, makan berubah fungsi dari pemenuhan kebutuhannya menjadi sumber kesenangan emosional. Selain itu, sistem penghargaan yang sangat aktif membuat remaja lebih mudah terpengaruh oleh rangsangan eksternal. Aroma makanan, tampilan visual yang menarik, iklan, atau ajakan teman dapat langsung mengaktifkan jalur dopamin. Otak kemudian “mengantisipasi” kesenangan bahkan sebelum makanan di konsumsi. Sehingga keinginan makan muncul walau perut tidak lapar.

Mengapa Remaja Makan Berlebihan? Sains Ungkap Alasannya

Selain itu, masih membahas Mengapa Remaja Makan Berlebihan? Sains Ungkap Alasannya. Dan fakta lainnya adalah:

Hormon Lapar Dan Kenyang Belum Stabil

Kedua aspek ini yang belum bekerja secara stabil karena sistem hormonal yang terlibat masih dalam tahap penyesuaian. Tubuh menggunakan berbagai hormon untuk mengatur kapan seseorang merasa lapar dan kapan harus berhenti makan. Dua hormon utama yang berperan adalah ghrelin sebagai pemicu rasa lapar dan leptin sebagai penanda rasa kenyang. Pada remaja, keseimbangan dan respons kedua hormon ini belum seefisien pada orang dewasa. Sehingga sinyal makan seringkali menjadi tidak akurat. Hormon ghrelin di produksi terutama di lambung dan di lepaskan ketika tubuh membutuhkan energi. Pada remaja, kadar ghrelin cenderung lebih fluktuatif. Karena tubuh sedang berada dalam fase pertumbuhan pesat. Lonjakan pertumbuhan ini membuat otak sering “menyala”. Terlebihnya dalam mode kebutuhan energi tinggi. Meskipun cadangan energi sebenarnya sudah mencukupi. Akibatnya, rasa lapar dapat muncul kembali dengan cepat atau terasa terus-menerus, meski perut sudah terisi.

Sebaliknya, hormon leptin yang berfungsi memberi sinyal kenyang ke otak seringkali belum bekerja optimal. Leptin di produksi oleh jaringan lemak dan bertugas memberi tahu otak bahwa tubuh sudah memiliki cukup energi. Pada remaja, sensitivitas otak terhadap leptin masih dalam proses pematangan. Artinya, meskipun leptin sudah di lepaskan setelah makan. Maka otak belum tentu langsung merespons sinyal tersebut dengan kuat. Inilah yang membuat remaja bisa terus makan walau secara fisiologis sudah kenyang. Ketidakstabilannya dan kenyang ini juga di pengaruhi oleh perubahan hormon lain yang khas pada masa pubertas. Terlebihnya seperti hormon pertumbuhan dan hormon seks. Hormon-hormon ini berinteraksi dengan ghrelin dan leptin. Sehingga sistem pengatur nafsu makan menjadi lebih kompleks dan mudah “terganggu”. Tubuh seolah berada dalam kondisi siaga untuk memenuhi kebutuhan energi demi pertumbuhan. Walaupun kebutuhan tersebut tidak selalu nyata.

Mengapa Remaja Makan Berlebihan? Sains Ungkap Alasannya Yang Memang Sering Terjadi

Selanjutnya juga masih membahas Mengapa Remaja Makan Berlebihan? Sains Ungkap Alasannya Yang Memang Sering Terjadi. Dan fakta lainnya adalah:

Pertumbuhan Pesat Membuat Nafsu Makan Tinggi

Pada masa remaja, tubuh mengalami fase pertumbuhan pesat yang di kenal sebagai growth spurt. Tentunya yaitu periode ketika tinggi badan, berat badan, massa otot, kepadatan tulang. Serta perkembangan organ meningkat dengan cepat. Proses biologis ini menuntut kebutuhan energi dan nutrisi yang jauh lebih besar. Jika di bandingkan masa kanak-kanak atau dewasa awal. Kondisi inilah yang menjadi salah satu alasan utama mengapa nafsu makan remaja cenderung tinggi. Dan seringkali terasa muncul terus-menerus. Pertumbuhan pesat membuat tubuh berada dalam keadaan “siaga energi”. Otak secara alami memprioritaskan pemenuhan kalori. Serta zat gizi untuk mendukung pembentukan jaringan baru. Akibatnya, sistem pengatur nafsu makan lebih sering mengirim sinyal untuk makan. Bahkan ketika perut tidak benar-benar kosong.

Tubuh seolah “takut kekurangan bahan bakar”. Sehingga dorongan makan tetap aktif meskipun rasa lapar fisik sudah berkurang. Selain itu, pertumbuhan pesat berkaitan erat dengan peningkatan hormon pertumbuhan dan hormon seks yang aktif pada masa pubertas. Hormon-hormon ini tidak hanya memicu perubahan fisik. Akan tetapi juga memengaruhi metabolisme dan nafsu makan. Tubuh remaja membakar energi lebih cepat. Sehingga otak terbiasa menerima asupan dalam jumlah besar. Kebiasaan ini kemudian membuat remaja tetap ingin makan walau kebutuhan energi sesaat sebenarnya telah terpenuhi. Pertumbuhan otot dan tulang yang intens juga berperan dalam meningkatkan nafsu makan. Tubuh membutuhkan protein, kalsium, serta berbagai zat gizi mikro dalam jumlah tinggi. Ketika kebutuhan ini belum sepenuhnya terpenuhi. Maka otak dapat terus memicu keinginan makan sebagai upaya memastikan semua bahan baku pertumbuhan tersedia.

Jadi itu dia beberapa alasan ilmiah remaja makan tanpa rasa lapar dan Bukan Nafsu.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait