Rabu, 12 November 2025
Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya
Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya

Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya

Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya
Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya

Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya Pada 2025 Ini Yang Wajib Sekali Di Pahami. Halo Sahabat Sehat! Setiap tanggal 28 Juli, kita memperingati Hari Hepatitis Sedunia. Tentu hal ini sebuah momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit yang sering kali terlupakan ini. Namun, di Hari Peringatan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) justru menyoroti satu isu krusial: berbagai Hambatan Eliminasi Hepatitis yang masih menghalangi upaya kita. Terlebihnya untuk mengeliminasinya secara global. Meskipun ada kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan. Dan mengapa hal ini masih menjadi tantangan berat? Apa saja kendala yang di maksud oleh WHO? Apakah ini terkait dengan akses terhadap vaksin dan pengobatan. Mari kita telaah lebih dalam mengapa penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan hati parah ini masih sulit di berantas sepenuhnya.

Mengenai ulasan tentang Hambatan Eliminasi Hepatitis di sorot WHO di hari peringatannya telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Rendahnya Deteksi & Perawatan

Kedua hal ini masih menjadi hambatan terbesar dalam upaya global mengeliminasi penyakit ini. Sebagian besar penderita hepatitis B dan C kronis tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Karena penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala hingga stadium lanjut. Tanpa deteksi dini, penderita baru mengetahui kondisinya setelah terjadi komplikasi berat. Contohnya seperti sirosis atau kanker hati. Serta yang secara signifikan menurunkan peluang untuk sembuh. Dan juga dapat meningkatkan risiko kematian. Di banyak negara berpendapatan rendah dan menengah. Terlebih yang termasuk di kawasan Asia dan Afrika. Dan akses terhadap pemeriksaan hepatitis masih sangat terbatas. Ketersediaan alat diagnostik seperti rapid test, laboratorium pemeriksaan HBsAg. Ataupun dengan tes HCV RNA juga belum merata, terutama di wilayah pedesaan. Dan juga daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas. Selain itu, tenaga medis di tingkat layanan primer sering belum memiliki pelatihan. Maupun juga dengan beberapa kewenangan untuk melakukan diagnosis dan terapi hepatitis secara mandiri.

Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya Yang Wajib Di Pahami

Kemudian juga masih membahas Hambatan Eliminasi Hepatitis Di Sorot WHO Di Hari Peringatannya Yang Wajib Di Pahami. Dan hambatan lainnya adalah:

Akses Layanan Yang Terbatas

Hal ini juga menjadi salah satu hambatan paling serius dalam upaya global untuk hal satu ini. Terlebih yang sebagai ancaman kesehatan masyarakat. Meski diagnosis dan pengobatan untuk hepatitis B dan C telah mengalami kemajuan besar. Tentunya dalam hal efektivitas dan efisiensi. Dan tidak semua negara memiliki sistem kesehatan. Serta yang mampu menyediakan layanan ini secara merata dan menyeluruh. Ketimpangan akses ini terutama di rasakan oleh penduduk yang tinggal di daerah terpencil. Kemudian komunitas miskin, dan kelompok rentan secara sosial atau ekonomi. Di banyak negara berkembang, layanan dasar seperti vaksinasi hepatitis B, skrining awal. Dan juga pengobatan hepatitis kronis belum tersedia secara konsisten di fasilitas kesehatan primer. Puskesmas, klinik desa. Serta dengan rumah sakit kecil seringkali tidak di lengkapi dengan alat tes cepat, peralatan laboratorium.

Maupun tenaga medis yang terlatih untuk menangani hepatitis. Bahkan ketika layanan tersedia di tingkat pusat atau kota besar. Terlebih dengan jarak geografis dan biaya transportasi menjadi penghalang tambahan yang membuat pasien enggan atau tidak mampu menjangkaunya. Masalah lainnya adalah keterbatasan pasokan dan distribusi obat-obatan antivirus yang efektif. Terutama untuk hepatitis C. Meski terapi Direct-Acting Antivirals telah terbukti sangat ampuh menyembuhkan hepatitis C dalam waktu singkat. Kemudian harganya yang masih tinggi dan proses regulasi yang kompleks membuat obat ini belum dapat di akses secara luas. Dan khususnya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Banyak pemerintah masih menghadapi kendala logistik maupun anggaran. Terlebihnya untuk menyediakan pengobatan ini secara gratis atau bersubsidi. Selain itu, integrasi layanan ini ke dalam sistem kesehatan nasional juga belum optimal. Di banyak tempat, layanan skrining, vaksinasi.

Hari Radang Hati Sedunia 2025: WHO Soroti Tantangan Eliminasinya

Selain itu, masih membahas fakta mengenai Hari Radang Hati Sedunia 2025: WHO Soroti Tantangan Eliminasinya. Dan tantangan lain yang di soroti adalah:

Stigma Sosial

Hal ini terhadap penderita hepatitis masih menjadi salah satu penghalang terbesar dalam upaya mendeteksi, mengobati. Dan juga mengeliminasi penyakit ini secara global. Banyak orang yang hidup dengan hepatitis, terutama hepatitis B dan C. Serta menghadapi tekanan psikologis dan diskriminasi sosial akibat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai cara penularan. Kemudian sifat penyakit, dan kemungkinan kesembuhannya. Ketakutan terhadap reaksi sosial inilah yang membuat sebagian besar individu enggan memeriksakan diri. Terlebih menunda pengobatan. Bahkan menyembunyikan status kesehatannya dari keluarga, rekan kerja, atau lingkungan sekitar. Di banyak budaya, ia masih sering di salahpahami sebagai penyakit yang berkaitan erat dengan perilaku “tidak bermoral” . Contohna seperti penyalahgunaan narkoba atau hubungan seksual tidak aman. Pandangan ini mengakibatkan penderita di cap negatif. Padahal hepatitis juga bisa di tularkan melalui jalur yang sama sekali tidak berhubungan dengan perilaku berisiko.

Terlebihnya seperti melalui transfusi darah yang tidak aman, prosedur medis tanpa sterilisasi memadai. Maupun juga penularan dari ibu ke anak saat persalinan. Stigma ini semakin di perparah karena hepatitis kerap di samakan. Ataupun di sandingkan secara keliru dengan HIV/AIDS. Kesalahpahaman tersebut membuat penderita hepatitis mengalami diskriminasi di tempat kerja. Terlebihnya dalam layanan kesehatan, dan bahkan dalam lingkup keluarga. Beberapa kasus menunjukkan bahwa orang dengan penyakit ini di tolak bekerja. Kemudian juga di pisahkan dalam sekolah. Ataupun tidak di beri informasi yang cukup oleh tenaga medis. Karena di anggap “berbahaya” bagi lingkungan sekitarnya. Ketakutan akan diskriminasi juga menyebabkan penderita hepatitis enggan untuk mengakses layanan kesehatan atau mengikuti pengobatan jangka panjang. Banyak yang memilih diam atau bahkan tidak pernah melakukan tes sama sekali, meskipun mereka menyadari memiliki faktor risiko. Akibatnya, penyakit berkembang.

Hari Radang Hati Sedunia 2025: WHO Soroti Tantangan Eliminasinya Yang Harus Di Mengerti

Selanjutnya juga masih membahas fakta Hari Radang Hati Sedunia 2025: WHO Soroti Tantangan Eliminasinya Yang Harus Di Mengerti. Dan sorotan lainnya adalah:

Hambatan Sistemik & Finansial

Kedua hal ini merupakan dua faktor utama yang terus menghambat upaya eliminasinya di berbagai negara. Meskipun kemajuan teknologi medis telah menyediakan vaksin, alat diagnostik cepat. Dan pengobatan yang efektif untuk hepatitis B dan C. Namun banyak negara belum mampu mengimplementasikan layanan ini secara menyeluruh. Karena keterbatasan dalam sistem kesehatan dan anggaran nasional. Secara sistemik, salah satu hambatan terbesar adalah kurangnya integrasi layanannya ke dalam sistem pelayanan kesehatan primer. Di banyak wilayah, skriningnya juga belum menjadi bagian rutin dari pemeriksaan kesehatan umum. Dan layanan pengobatan masih terpusat di rumah sakit besar. Ataupun hanya fasilitas khusus yang hanya bisa di akses oleh sebagian kecil masyarakat. Ketika sistem kesehatan tidak mendukung rujukan yang efisien.

Serta tindak lanjut pengobatan pun menjadi tersendat. Banyak pasien kehilangan jejak perawatan. Karena harus berpindah-pindah tempat hanya untuk menjalani serangkaian tes yang berbeda. Mulai dari tes awal hingga evaluasi fungsi hati. Serta juga dnegan pemeriksaan virologi lanjutan. Hambatan lain terletak pada tata kelola dan kebijakan publik. Tidak semua negara memiliki strategi nasional hepatitis yang kuat atau di dukung pendanaan yang cukup. Banyak pemerintah belum menjadikan hepatitis sebagai prioritas anggaran. Sehingga pengadaan vaksin, alat deteksi, dan obat-obatan berskala nasional berjalan lambat. Selain itu, birokrasi yang kompleks, regulasi obat yang ketat, dan sistem distribusi yang tidak efisien membuat pengobatan sulit tersedia secara luas. Terutama di daerah terpencil atau termarjinalkan.

Jadi itu dia beberapa aspek yang di sorot WHO di hari peringatannya yaitu tentang Hambatan Eliminasi Hepatitis.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait