Sekolah Tanpa PR mennurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mulai menguji coba kebijakan sekolah tanpa pekerjaan rumah (PR)
Penggunaan AI dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) resmi memulai uji coba penggunaan kecerdasan
Asrama Haji Surabaya Prioritaskan Jemaah Lansia Dan Difabel
Asrama Haji Surabaya Prioritaskan Jemaah Lansia Dan Difabel
Asrama Haji Surabaya dengan menjelang musim haji tahun 2025, Asrama Haji Surabaya mengambil langkah progresif dengan memprioritaskan pelayanan terhadap jemaah lansia dan penyandang disabilitas. Kebijakan ini diapresiasi oleh banyak pihak karena dianggap memberikan kemudahan dan rasa hormat kepada kelompok jemaah yang paling rentan. Pihak asrama menegaskan bahwa pelayanan haji yang inklusif dan ramah terhadap kelompok prioritas adalah bagian dari tanggung jawab moral dan sosial.
Dalam upaya memberikan pelayanan terbaik, Asrama Haji Surabaya telah memperbarui sejumlah fasilitas demi kenyamanan jemaah lansia dan difabel. Kepala Asrama Haji Surabaya, H. Mulyono Syarif, menjelaskan bahwa semua unit pelayanan telah diarahkan untuk menempatkan kelompok prioritas ini pada posisi utama, baik dari sisi tempat tinggal, pelayanan kesehatan, hingga pengurusan administrasi keberangkatan.
“Mulai dari kamar khusus yang berada di lantai dasar, jalur landai (ram) untuk kursi roda, toilet difabel, hingga kendaraan pengantar berstandar ramah disabilitas, semua telah kami siapkan,” ujar Mulyono. Bahkan, pihak asrama juga bekerja sama dengan relawan dan tenaga kesehatan tambahan untuk mendampingi para lansia dan difabel selama proses di asrama.
Selain itu, sistem antrean layanan administrasi juga diatur ulang agar jemaah dengan keterbatasan fisik tidak perlu menunggu lama. Ada jalur prioritas dan petugas pendamping khusus yang disiapkan sejak jemaah datang. Para petugas ini berasal dari unsur Kementerian Agama, dinas sosial, serta relawan kampus kesehatan dari beberapa universitas terdekat.
Asrama Haji Surabaya dengan kebijakan ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, termasuk dari organisasi difabel dan komunitas lansia. Mereka menilai inisiatif ini menunjukkan bahwa negara hadir dengan empati, bukan sekadar administrasi. Terlebih, tahun ini jumlah jemaah lansia mencapai hampir 30 persen dari total kuota, yang menunjukkan urgensi pelayanan yang lebih ramah dan personal.
Peningkatan SDM Dan Teknologi Pendukung Pelayanan Inklusif
Peningkatan SDM Dan Teknologi Pendukung Pelayanan Inklusif, aspek sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi menjadi fokus penting dalam peningkatan pelayanan. Asrama Haji Surabaya secara khusus menggelar pelatihan intensif kepada para petugas, relawan, dan tenaga kesehatan agar memiliki kepekaan serta kompetensi dalam menangani jemaah lansia dan difabel.
Pelatihan yang di berikan meliputi keterampilan komunikasi empatik, teknik pertolongan pertama untuk lansia, pemahaman karakteristik psikologis jemaah lanjut usia, hingga penggunaan alat bantu mobilitas seperti kursi roda otomatis. Para peserta pelatihan juga di ajarkan pentingnya menghargai privasi, memberikan rasa aman, serta memperlakukan jemaah dengan kelembutan, tanpa mengurangi efektivitas pelayanan.
Salah satu petugas, Niken Pratiwi, mengaku pelatihan tersebut memberinya perspektif baru dalam menjalankan tugas. “Saya dulu berpikir cukup bantu angkat koper atau tuntun jalan. Tapi sekarang saya sadar, para jemaah ini butuh dukungan emosional juga, butuh di dengar dan di beri semangat,” ujarnya.
Teknologi juga di adopsi secara masif untuk mempermudah koordinasi dan pelayanan. Misalnya, penggunaan aplikasi manajemen jemaah berbasis QR code, di mana setiap jemaah memiliki identitas digital yang memuat data kesehatan, kebutuhan khusus, hingga lokasi kamar. Sistem ini memungkinkan petugas memberikan layanan cepat jika terjadi kondisi darurat.
Bahkan, kini ada sistem pemantauan CCTV berbasis AI yang terhubung dengan pusat kontrol di dalam asrama. Teknologi ini secara otomatis mendeteksi gerakan tak biasa dari jemaah yang mungkin jatuh atau membutuhkan bantuan segera. Dengan teknologi ini, risiko keterlambatan bantuan bisa di tekan seminimal mungkin.
Kepala Seksi Pelayanan Jemaah, Aminudin Fauzi, mengatakan bahwa integrasi teknologi dalam pelayanan ini bertujuan untuk mendukung sistem manual yang ada. “Teknologi bukan menggantikan empati, tapi mempercepat respons dan menjaga keselamatan jemaah,” tegasnya.
Langkah ini juga menjadi role model bagi asrama haji di kota lain. Kementerian Agama bahkan tengah merumuskan standarisasi nasional pelayanan jemaah lansia dan difabel berdasarkan model yang di kembangkan di Surabaya.
Jemaah Dan Keluarga Apresiasi Pelayanan Humanis
Jemaah Dan Keluarga Apresiasi Pelayanan Humanis, tak hanya dari sisi manajemen, testimoni langsung dari jemaah menunjukkan bahwa kebijakan prioritas ini benar-benar berdampak nyata. Para jemaah lansia dan difabel merasa lebih di hargai, lebih tenang, dan lebih siap menjalani perjalanan ibadah ke tanah suci.
Khadijah (74), jemaah asal Jember, mengaku terharu dengan sambutan yang ia terima di asrama. “Saya kira bakal repot, harus jalan jauh, antre lama. Tapi ternyata semua di bantu. Saya punya masalah di lutut, tapi petugas selalu siaga,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Putra dari Khadijah, Fajar, yang mengantar sang ibu ke asrama, juga mengungkapkan rasa terima kasihnya. “Pelayanan di sini membuat kami sekeluarga lebih tenang. Saya tinggal di Surabaya, tapi tetap khawatir karena ibu sudah sepuh. Tapi melihat sistem dan fasilitasnya, saya jadi lega.”
Kisah serupa datang dari Misbahuddin (61), seorang jemaah difabel dari Banyuwangi yang harus menggunakan tongkat bantu. Ia menyatakan bahwa pendampingan dari relawan membuatnya merasa tidak sendirian. “Saya ini jalan pelan, takut menghambat rombongan. Tapi malah di bantu terus, di beri semangat juga,” katanya sambil tersenyum.
Keluarga jemaah juga merasa terbantu karena komunikasi lebih mudah dengan pihak asrama. Melalui aplikasi dan hotline yang tersedia 24 jam, mereka bisa memantau kondisi orang tua mereka secara real-time. Layanan ini menjadi solusi atas kekhawatiran keluarga, terutama bagi yang tidak bisa mengantar langsung ke embarkasi.
Apresiasi ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga soal kepercayaan. Jemaah merasa bahwa negara hadir secara nyata dalam proses ibadah mereka, bukan sekadar formalitas. Ini menjadi modal penting untuk membangun kesadaran bahwa ibadah haji adalah ibadah kemanusiaan, bukan hanya ritual.
Asrama Haji Surabaya Menuju Pelayanan Haji Yang Inklusif Dan Berkeadilan
Asrama Haji Surabaya Menuju Pelayanan Haji Yang Inklusif Dan Berkeadilan, tetapi menjadi simbol dari transformasi pelayanan haji Indonesia yang lebih inklusif. Dalam konteks haji sebagai ibadah akbar yang melibatkan puluhan ribu orang dari beragam latar belakang, prinsip inklusi menjadi sangat penting.
Kementerian Agama RI dalam beberapa tahun terakhir memang telah mengarahkan kebijakan haji ke arah pelayanan berbasis kebutuhan khusus. Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menyatakan bahwa haji harus di layani dengan prinsip human-centered service. Artinya, setiap kebijakan berorientasi pada kebutuhan individual jemaah, terutama yang rentan.
Asrama Haji Surabaya menjadi percontohan dari kebijakan ini. Dengan tingkat keterisian jemaah tertinggi kedua secara nasional setelah Jakarta, Surabaya di anggap berhasil mengelola arus jemaah dengan tetap mengedepankan sisi kemanusiaan. Langkah ini di harapkan bisa di adopsi oleh embarkasi lainnya, terutama di kota-kota besar seperti Medan, Makassar, dan Solo.
Ke depan, pemerintah juga berencana memperluas layanan ini hingga ke Tanah Suci. Dalam kerja sama dengan otoritas Arab Saudi, Indonesia tengah menjajaki penguatan fasilitas pendamping lansia dan difabel selama di Madinah dan Mekkah, termasuk pengadaan kendaraan khusus dan jalur khusus untuk tawaf serta lempar jumrah.
Sosiolog agama dari UIN Sunan Ampel, Dr. Wahyu Prasetyo, mengatakan bahwa pelayanan seperti ini menjadi representasi dari nilai-nilai Islam itu sendiri. “Ibadah haji adalah puncak spiritualitas. Tapi jika negara hadir dengan sistem yang ramah bagi lansia dan difabel, maka haji juga menjadi simbol keadilan sosial,” katanya.
Dengan komitmen dan konsistensi seperti ini. Asrama Haji Surabaya menunjukkan bahwa pelayanan publik bisa di lakukan dengan hati. Bukan sekadar rutinitas administratif, tetapi menjadi wujud kepedulian yang tulus. Karena sejatinya, haji bukan hanya soal pergi ke Baitullah. Tapi juga soal bagaimana manusia di perlakukan di sepanjang perjalanannya berdasarkan Asrama Haji Surabaya.