UNRWA Serukan Dukungan Nyata di tengah konflik berkepanjangan yang melanda Palestina, khususnya Jalur Gaza dan Tepi Barat, situasi kemanusiaan telah mencapai titik kritis. Jutaan warga sipil Palestina kini hidup tanpa kepastian, menghadapi keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar seperti pangan, air bersih, obat-obatan, dan layanan pendidikan. Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) kembali menegaskan urgensinya kepada dunia internasional, terlebih kepada negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk memberikan dukungan nyata dan segera.
UNRWA, yang telah hadir sejak 1949 untuk menangani kesejahteraan dan pendidikan bagi pengungsi Palestina, menjadi garda terdepan dalam penanganan krisis ini. Namun, sejak awal 2024, badan ini mengalami defisit pendanaan yang parah akibat pemotongan bantuan dari sejumlah negara donor besar. Di sisi lain, beban operasional meningkat secara drastis menyusul intensifikasi serangan dan blokade yang menghancurkan infrastruktur vital di Gaza. Dampaknya bukan hanya pada kehidupan sehari-hari masyarakat, tetapi juga pada fungsi sosial yang lebih luas seperti pendidikan dan layanan kesehatan yang menjadi tumpuan masa depan generasi Palestina.
Negara-negara OKI memiliki posisi strategis dalam konflik ini, baik secara historis, kultural, maupun politis. Dukungan yang di berikan selama ini, meski signifikan, di nilai belum cukup terkoordinasi dan belum mampu menjawab kedaruratan situasi saat ini. UNRWA pun menekankan pentingnya peran kolektif OKI tidak hanya dalam bentuk solidaritas verbal, tetapi langkah konkret seperti pendanaan darurat, distribusi bantuan logistik, serta advokasi internasional untuk perlindungan warga sipil Palestina.
UNRWA Serukan Dukungan Nyata, Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa Palestina saat ini berada di ambang bencana kemanusiaan dan moral. Ia mengajak seluruh negara anggota OKI untuk tidak hanya menjadi penonton tragedi, tetapi turut mengubah jalannya sejarah melalui aksi nyata yang terukur dan berkelanjutan. Terlebih, negara-negara OKI secara moral dan spiritual memiliki kedekatan emosional dan tanggung jawab historis terhadap perjuangan rakyat Palestina.
UNRWA Serukan Dukungan Nyata: Pendanaan, Bantuan Lapangan, Dan Dukungan Politik
UNRWA Serukan Dukungan Nyata: Pendanaan, Bantuan Lapangan, Dan Dukungan Politik secara terbuka merilis daftar prioritas bantuan yang paling mendesak. Pertama dan utama adalah kebutuhan pendanaan darurat. Untuk menjaga operasional dasar seperti sekolah, klinik, dan distribusi pangan, UNRWA membutuhkan setidaknya USD 300 juta untuk enam bulan ke depan. Dana ini sangat mendesak guna menghindari penutupan layanan penting di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, dan Suriah.
Selain pendanaan, UNRWA menyerukan pembentukan aliansi logistik yang di fasilitasi oleh negara-negara OKI. Ini mencakup bantuan bahan pokok, peralatan medis, tenda, air bersih, hingga perlengkapan sekolah. Negara seperti Turki dan Qatar di sebut telah memberikan contoh melalui pengiriman bantuan secara langsung, namun di butuhkan skala yang jauh lebih besar dan sistem distribusi yang merata di kawasan terdampak.
UNRWA juga menyoroti pentingnya dukungan politik. Negara OKI di harapkan memainkan peran lebih aktif dalam forum internasional seperti PBB dan Dewan HAM untuk menekan pihak-pihak yang menghambat akses kemanusiaan. Dalam beberapa kasus, distribusi bantuan UNRWA terhambat karena tidak adanya jaminan keamanan dari pihak-pihak bertikai, termasuk kesulitan logistik akibat blokade dan embargo. Selain itu, ada kebutuhan mendesak untuk melakukan diplomasi aktif agar lembaga-lembaga internasional lebih memperhatikan dan menanggapi krisis kemanusiaan yang memburuk di Palestina.
Dalam pertemuan darurat yang di gelar oleh OKI di Jeddah, UNRWA mengusulkan pembentukan “Komite Respons Kemanusiaan OKI” yang terdiri dari 15 negara, untuk mempercepat pengambilan keputusan serta menyalurkan bantuan secara langsung ke titik-titik krisis. Komite ini di harapkan menjadi simbol konkret dari solidaritas dunia Islam terhadap rakyat Palestina, serta dapat menjadi pelopor dalam menciptakan jalur kemanusiaan yang aman dan berkelanjutan di wilayah konflik.
Tanggapan Dan Tantangan Negara-Negara OKI
Tanggapan Dan Tantangan Negara-Negara OKI respons dari negara-negara anggota OKI terhadap seruan UNRWA bervariasi. Beberapa negara seperti Indonesia, Turki, Qatar, dan Malaysia menyatakan komitmen kuat untuk mendukung UNRWA melalui peningkatan kontribusi finansial dan logistik. Indonesia, misalnya, berkomitmen meningkatkan anggaran bantuan kemanusiaan Palestina sebesar 30%. Pada semester kedua 2025, serta mengirim tenaga medis dan relawan kemanusiaan melalui kerja sama dengan Palang Merah dan NGO lokal. Malaysia dan Pakistan juga di kabarkan akan memperluas program dukungan pendidikan bagi anak-anak pengungsi Palestina di kamp-kamp penampungan.
Namun, tidak semua negara OKI memiliki kesiapan dan kemauan politik yang sama. Beberapa negara masih menghadapi tantangan internal yang menyulitkan mereka untuk berperan aktif. Selain itu, dinamika geopolitik dan perbedaan kepentingan antarnegara anggota OKI juga sering kali menghambat lahirnya kebijakan kolektif yang solid. Sejumlah negara masih bersikap hati-hati dalam menyampaikan bantuan secara terbuka, mengingat tekanan diplomatik dari kekuatan besar dunia.
Ketidakmerataan kontribusi dan kesenjangan dalam koordinasi ini menjadi sorotan tajam. UNRWA mendorong agar negara-negara OKI menyusun kerangka kerja bersama (framework agreement). Yang mengatur standar kontribusi minimal, sistem pelaporan, dan pemantauan bantuan secara transparan. Dengan adanya mekanisme ini, bantuan dapat di salurkan lebih merata dan dapat di ukur keberhasilannya. Keberadaan sistem audit dan pelaporan publik juga menjadi bagian penting untuk menjaga akuntabilitas dan kepercayaan para donor.
Tantangan lainnya adalah sistem birokrasi yang lambat dan minimnya integrasi data antarnegara. Padahal, dalam kondisi darurat seperti ini, waktu sangat menentukan nasib para pengungsi. Oleh karena itu, usulan digitalisasi sistem bantuan melalui platform terpadu OKI-UNRWA. Sedang di kaji sebagai langkah reformasi kelembagaan untuk mempercepat distribusi bantuan. Beberapa negara bahkan mengusulkan penggunaan teknologi blockchain untuk memastikan transparansi dan efisiensi distribusi bantuan di masa depan.
Arah Strategis Ke Depan: Membangun Kemitraan Permanen Dan Berkelanjutan
Arah Strategis Ke Depan: Membangun Kemitraan Permanen Dan Berkelanjutan, menanggapi kompleksitas tantangan tersebut. UNRWA menyerukan agar OKI tidak hanya berfokus pada respons darurat, tetapi membangun mekanisme kemitraan yang berkelanjutan. UNRWA mengusulkan pembentukan Dana Permanen OKI untuk Pengungsi Palestina. Dengan skema multi-donor dari negara anggota, yang dikelola secara profesional dan akuntabel. Dana ini dapat dikelola oleh konsorsium antara UNRWA, Bank Pembangunan Islam (IsDB). Dan lembaga filantropi Islam seperti Zakat House dari Kuwait dan Yayasan Wakaf Dunia.
Dana ini tidak hanya untuk kebutuhan darurat, tetapi juga digunakan untuk program jangka panjang. Seperti pendidikan, pelatihan kerja, pemberdayaan perempuan, dan pembangunan infrastruktur sosial. Dengan pendekatan ini, pengungsi Palestina dapat dibekali keterampilan untuk hidup mandiri, serta tidak tergantung sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan. Selain itu, penting untuk membangun pusat-pusat komunitas yang dapat menghidupkan kembali ekonomi lokal melalui UMKM dan koperasi sosial.
UNRWA juga berharap OKI dapat mendirikan Pusat Penelitian dan Advokasi Palestina (PPAP) yang berfungsi. Sebagai lembaga think tank untuk memproduksi data, rekomendasi kebijakan, serta advokasi diplomasi internasional. Lembaga ini akan menjadi sumber informasi kredibel mengenai kondisi pengungsi. Dan menjadi alat diplomatik dalam memperjuangkan hak-hak mereka di panggung global. Kehadiran lembaga ini juga bisa memperkuat narasi Palestina di tengah gempuran disinformasi.
Jika OKI mampu menjawab seruan ini dengan tindakan nyata, maka dunia akan menyaksikan bagaimana blok negara Muslim benar-benar. Menjadi pelindung bagi umat tertindas, bukan hanya melalui retorika, tetapi melalui aksi konkret yang menyelamatkan kehidupan. Dalam jangka panjang, ini bukan hanya tentang Palestina, tetapi tentang membangun tatanan dunia yang lebih adil dan manusiawi. Di bawah semangat solidaritas Islam global setelah UNRWA Serukan Dukungan Nyata.