Sabtu, 12 Juli 2025
Internet Korea Utara Alami Gangguan Besar: Ada Serangan Siber
Internet Korea Utara Alami Gangguan Besar: Ada Serangan Siber

Internet Korea Utara Alami Gangguan Besar: Ada Serangan Siber

Internet Korea Utara Alami Gangguan Besar: Ada Serangan Siber

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Internet Korea Utara Alami Gangguan Besar: Ada Serangan Siber
Internet Korea Utara Alami Gangguan Besar: Ada Serangan Siber

Internet Korea Utara pada awal pekan ini, jaringan internet Korea Utara mengalami gangguan besar yang menyebabkan seluruh layanan daring di negara tertutup tersebut tidak dapat di akses dari luar maupun dalam negeri. Berdasarkan pemantauan beberapa organisasi keamanan siber global, jaringan Korut mulai tidak stabil sejak Senin pagi waktu setempat, dan benar-benar terputus pada sore hari. Situs-situs pemerintah, termasuk portal berita resmi seperti Rodong Sinmun dan KCNA, tidak dapat di akses selama lebih dari 10 jam.

Gangguan ini mencuri perhatian dunia internasional karena sistem internet Korea Utara di kenal sangat terbatas namun di kendalikan dengan ketat oleh negara. Meskipun hanya segelintir warga Korea Utara yang memiliki akses ke jaringan global, internet merupakan sarana penting bagi pemerintah untuk menyebarkan propaganda, melakukan komunikasi luar negeri terbatas, serta berpartisipasi dalam aktivitas siber global.

Lembaga pemantauan internet NetBlocks dan Recorded Future mengonfirmasi bahwa terjadi lonjakan anomali dalam lalu lintas data masuk dan keluar dari Korea Utara. Data real-time menunjukkan penurunan drastis konektivitas ke berbagai domain yang di hosting di server negara tersebut. Sejumlah analis menyebut ini sebagai pemutusan konektivitas terbesar sejak 2022.

Sementara itu, pemerintah Korea Utara belum memberikan pernyataan resmi terkait gangguan ini. Namun, media di Korea Selatan dan Jepang melaporkan bahwa aktivitas militer dan komunikasi Korea Utara sempat terganggu akibat kerusakan jaringan tersebut. Gangguan ini juga di laporkan berdampak pada aktivitas perdagangan lintas batas dengan Tiongkok yang sebagian menggunakan jaringan daring sebagai alat koordinasi logistik.

Internet Korea Utara para pengamat menilai bahwa gangguan ini bukan di sebabkan oleh kerusakan teknis biasa, mengingat infrastruktur Korea Utara sangat minim dan di awasi ketat oleh pihak militer. Oleh karena itu, spekulasi mengarah pada kemungkinan terjadinya serangan siber, baik oleh aktor negara maupun kelompok peretas independen.

Internet Korea Utara Dugaan Serangan Siber Menguat: Siapa Pelakunya?

Internet Korea Utara Dugaan Serangan Siber Menguat: Siapa Pelakunya? dengan spekulasi mengenai serangan siber sebagai penyebab utama gangguan besar internet di Korea Utara semakin menguat. Beberapa sumber keamanan siber internasional menyatakan bahwa pola serangan yang terdeteksi mirip dengan Distributed Denial-of-Service (DDoS), yaitu membanjiri server dengan lalu lintas palsu sehingga sistem menjadi lumpuh.

Menurut laporan dari firma keamanan siber FireEye dan Cloudflare, lonjakan trafik yang tidak biasa terdeteksi mengarah ke infrastruktur digital Korea Utara beberapa jam sebelum konektivitas internet terputus. Serangan tersebut di duga di lakukan secara bertahap, mulai dari penargetan DNS server hingga server utama yang mengelola gateway internasional Korea Utara.

Pihak intelijen Korea Selatan menyatakan tengah menyelidiki kemungkinan adanya keterlibatan aktor negara, termasuk kelompok peretas pro-demokrasi, kelompok hacktivist, atau bahkan kemungkinan keterlibatan negara-negara barat yang memiliki kepentingan geopolitik di kawasan Asia Timur. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok seperti Anonymous dan Lazarus telah berperan dalam serangkaian serangan dunia maya lintas negara.

Tidak menutup kemungkinan, serangan ini merupakan bentuk balasan terhadap serangan siber Korea Utara sendiri yang di kenal cukup agresif. Korea Utara telah beberapa kali di tuduh melakukan peretasan terhadap lembaga keuangan dan perusahaan di Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Dengan latar belakang tersebut, serangan ini bisa di lihat sebagai upaya “balas dendam digital” oleh pihak yang di rugikan.

Namun, belum ada pihak yang secara terbuka mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini. Anonimitas menjadi ciri khas serangan siber modern, di mana pelaku dapat menyamarkan jejak dan menyulitkan proses investigasi. Oleh sebab itu, proses pelacakan dan pembuktian biasanya membutuhkan waktu cukup lama dan dukungan dari komunitas internasional.

Para pakar menekankan pentingnya pendekatan forensik digital untuk mengungkap aktor di balik serangan ini. Mereka juga mengingatkan bahwa kejadian ini menjadi sinyal kuat bahwa konflik geopolitik di dunia nyata kini telah merambah ke medan perang digital yang lebih kompleks dan tanpa batas wilayah.

Ancaman Keamanan Digital Di Asia Timur Kian Meningkat

Ancaman Keamanan Digital Di Asia Timur Kian Meningkat kejadian gangguan internet di Korea Utara menambah panjang daftar insiden siber di kawasan Asia Timur. Dalam dua tahun terakhir, wilayah ini mengalami eskalasi ketegangan digital, yang mencerminkan meningkatnya rivalitas antarnegara dalam menguasai informasi dan teknologi.

Asia Timur menjadi hotspot konflik digital karena tiga alasan utama: pertama, wilayah ini adalah pusat teknologi global dengan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok; kedua, kawasan ini penuh dengan ketegangan geopolitik yang kompleks; ketiga, kehadiran aktor non-negara seperti kelompok peretas dan hacktivist membuat pengamanan digital menjadi jauh lebih menantang.

Serangan ke Korea Utara menunjukkan bahwa bahkan negara yang secara teknologi dianggap tertutup tidak kebal terhadap ancaman digital. Dengan infrastruktur internet yang sangat terbatas—hanya sekitar 28 domain yang aktif. Dan beberapa gateway internasional—kegagalan sistem kecil saja sudah bisa membuat seluruh jaringan lumpuh total.

Dampak dari insiden ini tidak hanya di rasakan oleh Korea Utara, tetapi juga mengganggu stabilitas siber regional. Tiongkok sebagai mitra dagang utama Korut di laporkan ikut mengalami keterlambatan komunikasi. Sementara Jepang meningkatkan pengawasan digital terhadap potensi ancaman lintas batas.

Organisasi keamanan regional seperti ASEAN dan Asia Pacific CERT (Computer Emergency Response Team). Mulai menyerukan perlunya kerja sama multilateral dalam menghadapi ancaman siber. Keamanan dunia maya tak lagi menjadi urusan internal negara, melainkan. Menyangkut kepentingan bersama dalam menjaga stabilitas ekonomi, komunikasi, dan diplomasi internasional.

Para analis menilai bahwa kawasan Asia Timur perlu meningkatkan kemampuan deteksi dini dan pertahanan siber nasional. Investasi dalam teknologi keamanan, peningkatan kapasitas SDM, serta regulasi internasional. Yang adil menjadi tiga kunci utama untuk membendung risiko konflik digital yang semakin nyata.

Dunia Internasional Serukan Transparansi Dan Investigasi Mendalam

Dunia Internasional Serukan Transparansi Dan Investigasi Mendalam gangguan besar internet di Korea Utara. Dan dugaan serangan siber yang melatarbelakanginya memicu reaksi dari komunitas internasional. Sejumlah negara dan lembaga internasional menyerukan di lakukannya investigasi mendalam serta transparansi dari semua pihak yang terlibat.

Amerika Serikat melalui juru bicara Departemen Luar Negeri menyatakan keprihatinannya atas eskalasi aktivitas siber di kawasan Asia Timur. Meskipun tidak menyebutkan pelaku secara spesifik, AS mendorong kerja sama. Internasional dalam mendeteksi dan menangani serangan siber yang bersifat lintas negara.

Uni Eropa turut meminta semua negara, termasuk Korea Utara, untuk mematuhi norma internasional dalam penggunaan teknologi siber. UE menekankan pentingnya menjadikan internet sebagai ruang damai, bukan medan konflik. Mereka juga menawarkan dukungan teknis dan diplomatik dalam investigasi insiden ini.

Di sisi lain, organisasi HAM internasional menyoroti sisi lain dari gangguan internet ini, yaitu dampaknya terhadap rakyat Korea Utara sendiri. Meskipun akses internet di sana sangat terbatas, namun ada kekhawatiran bahwa insiden ini. Akan di jadikan alasan pemerintah untuk semakin membatasi komunikasi dan memperketat kontrol informasi.

Beberapa pengamat mendesak agar serangan siber tidak dijadikan alasan untuk memperkuat represi internal. Mereka menyarankan agar investigasi dilakukan oleh pihak netral, dengan pengawasan dari lembaga-lembaga. Seperti PBB, agar hasilnya dapat di terima oleh semua pihak dan tidak disalahgunakan untuk kepentingan politik.

Gangguan besar ini menjadi pengingat bahwa dunia maya telah menjadi ruang yang rentan terhadap konflik dan manipulasi. Oleh karena itu, kerja sama global dan regulasi bersama sangat di butuhkan untuk. Menciptakan sistem siber yang lebih aman, adil, dan transparan. Jika tidak, ancaman semacam ini akan terus menghantui hubungan antarnegara dan stabilitas dunia secara keseluruhan dengan Internet Korea Utara.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait